Ibadah ‘umrah adalah ibadah khusus yang dikerjakan di Masjidil Haram Makkah dengan syarat, rukun dan cara-cara tertentu.
Satu ibadah ‘umrah itu terdiri dari 5 (lima) bagian yang masing-masing bagian disebut : “rukun ‘umrah”.
Pengertian rukun : Rukun, ialah bagian dari satu pekerjaan yang wajib dikerjakan, apabila bagian itu tidak dikerjakan, maka pekerjaannya tidak sah.
RUKUN ‘UMRAH
1. 1. IHRAM.
Ihram untuk ‘umrah, ialah niat mulai mengerjakan ibadah ‘umrah sesudah rampung memakai pakaian ihram terlebih dahulu, sedangkan ihramnya wajib dari tempat dan saat yang sudah ditunjukkan oleh Rasululloh s.a.w. dengan lisan beliau dan atau dengan perbuatan beliau.
2. TOWAF.
Towaf, ialah mengelilingi Ka’bah 7 X (tujuh kali putaran) dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad juga, sedangkan Ka’bah berada di sebelah kiri kita.
Khusus bagi pria yang mengerjakan towaf pertama kali datang di Makkah, maka dia pada putaran pertama, kedua dan ketiga dengan berlari-lari kecil. Adapun untuk putaran selanjutnya, yakni putaran yang ke 4, 5, 6 dan 7 adalah berjalan biasa tanpa lari-lari kecil lagi. Bagi wanita berjalan biasa tanpa lari-lari kecil.
3. SA‘I.
Sa’i, ialah berjalan 7 (tujuh kali) diantara Sofa dan Marwah yang jarak diantara kedua tempat itu kurang lebih kira-kira 400 sampai 700 meter jauhnya, dimulai dari Sofa dan diakhiri di Marwah. Satu kali jalan dari Sofa ke Marwah dihitung satu kali, dari Marwah ke Sofa dihitung satu kali dan seterusnya sampai selesainya tujuh kalinya berakhir di Marwah.
Khusus bagi pria yang mengerjakan sa’i, maka setiap sampai di tempat yang diberi tanda lampu neon hijau hingga lampu neon hijau berikutnya supaya lari-lari kecil seperti pada saat towaf awal datang di Makkah di putaran pertama sampai putaran ketiga itu. Hanya saja pada sa’i selalu berlari-lari kecil di tempat tertentu itu (dari lampu neon hiajau sampai lampu neon hijau berikutnya) sampai selesainya sa’i. Jarak antara lampu neon hijau sampai lampu neon hijau berikutnya kurang lebih sekitar 50 sampai 70 meter jauhnya.
4. 4. TAHALLUL.
Tahallul, ialah mencukur atau menggunting sebahagian dari rambut kepala sebagai tanda selesainya ibadah ‘umrah itu. Hal ini sama dengan salam sebagai tanda menyudahi pekerjaan sholat. Dalam menggunting rambut supaya didahulukan rambut di belahan kepala bagian kanan lantas yang kiri. Sesudah tahallul sudah boleh ganti pakaian biasa.
5. 5. TERTIB.
Tertib itu maksudnya dalam mengerjakan ibadah tersebut harus sesuai dengan urutan yang Nabi contohkan, tidak boleh dibolak-balik seenaknya kita.
BACAAN IHLAL ‘UMRAH.
Di hati berniat melaksanakan ihram ‘umrah, di lisannya mengucapkan kalimat ihlal ‘umrah / ihram ‘umrah, yakni ucapan :
لبيك عمرة
“LABBAIKA ‘UMRATAN”
Aku memenuhi panggilan-Mu untuk ibadah ‘umrah. (H.R. Muslim : 1/521; dan H.R. An Nasai : 1/269).
BACAAN TALBIYAH
Sesudah niat di hati untuk mengerjakan ‘umrah dan baca ihlal ‘umrah tersebut diatas, supaya dilanjutkan membaca talbiyah berikut ini sejak dari miqat sehingga menjelang dilaksanakannya towaf di Baitulloh (H.R. Tirmidzi : 3/261, nomor hadisnya 919) :
لبيك اللهم لبيك
“LABBAIKALLOHUMMA LABBAIKA”
Aku sambut panggilan-Mu, ya Alloh aku sambut panggilan-Mu.
لبيك لا شريك لك لبيك
“LABBAIKA LA SYARIKA LAKA LABBAIKA”
Aku sambut panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu.
ان الحمد والنعمة لك والملك
“INNAL HAMDA WANNI’MATA LAKA WALMULKA”
Sesungguhnya segala puji dan ni’mat dan kerajaan adalah milik-Mu.
لا شريك لك
“LA SYARIKA LAKA”
Tiada sekutu bagi-Mu. (H.R. Bukhori : 1/269; dan H.R. Muslim : 1/489).
BACAAN YANG DIBACA KETIKA TOWAF
Oleh sebab ibadah hajji dan ibadah ‘umrah itu adalah ibadah badan, bukan ibadah bacaan, maka supaya tidak mempersulit orang-orang yang sedang towaf, bacalah berikut ini sudah memadai dan sudah sah dan benar towaf yang dikerjakannya itu :
1. Ketika mulai towaf, berdirilah (boleh juga sambil duduk di kursi roda) menghadap ke arah Hajar Aswad dan beristilam dengan tangan sambil membaca :
بسم الله والله اكبر
“BISMILLAHI WALLOHU AKBAR”
Dengan menyebut Asma Alloh, Alloh Maha Besar.
2. Setiap kali putaran sampai di sudut rukun Yamani dan sudut Hajar Aswad supaya beristilam dan baca : “Bismillahi Wallohu Akbar” (tentang istilam H.R. An Nasai : 5/531, baris 8 – 9 dari atas).
3. Pada perjalanan towaf antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, baca doa : “RABBANA ATINA FIDDUNNYA HASANATAN WAFIL AKHIRATI HASANATAN WAQINA ‘ADZBANNAR” ( Ya Tuhan kami, berilah kami sejahtera di dunia dan sejahtera di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa api neraka ).
SHOLAT SUNNAT TOWAF
Apabila sudah selesai towaf awal itu dan menjelang sa’i, dicontohkan oleh Nabi sholat sunnat dua raka’at yang disebut sholat sunnat towaf. Kalau dapat, sholat sunnat towaf itu dilaksanakan di belakang makam Ibrahim. Jika hal ini tidak mungkin lantaran sangat berdesakan, maka boleh di tempat lain asal masih dalam Masjidil Haram itu.
BACAAN SHOLAT SUNNAT TOWAF
Raka’at pertama sesudah baca Fatihah, bacalah “Qul ya ayyuhal kafirun”, dan di raka’at kedua sesudah baca Fatihah, bacalah “Qul Huwallohu Ahad”. (H.R. An Nasai : 5/226, baris 11-12 dari atas, dalam “Babul Qira-ati Fi Rak’atayit towafi”).
PELAKSANAAN SA’I DAN YANG DIBACA
Sesudah sholat sunnat towaf dilaksanakan, maka kembalilah dulu ke Hajar Aswad untuk beristilam lantas menuju Sofa. Apabila sudah sampai di Sofa, sesuai contoh Nabi jika dapat naiklah di Sofa lantas menghadap ke Ka’bah. (H.R. Muslim : 1 / 511, dalam “Babu Hajjatin-Nabiyyi s.a.w.”).
Ketika berdiri di Sofa sambil menghadap Ka’bah itu bacalah :
الله اكبر
“ALLOHU AKBAR” ( 3x ).
Allohu Akbar (dibaca tiga kali).
Lantas disambung dengan yang berikut ini :
لا اله الا الله وحده لا شريك له . له الملك وله الحمد وهو على كل شيئ قدير .
“LA ILAHA ILLALLOHU WAHDAHU LA SYARIKA LAHU LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALA KULLI SYAIIN QADIER”
Tiada Tuhan kecuali Alloh seorang diri, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Keterangan :
Nomor satu dan nomor dua, yakni kalimat Allohu Akbar dan sambungannya itu diulang membacanya sampai 3 x (tiga kali). Sesudah itu lantas berdoa sesukanya, atau doa sapu jagad itu saja sudah cukup.
Kemudian turunlah dari Sofa lantas sa’i menuju Marwah seperti yang sudah kita terangkan di halaman 1 (satu) nomor 3 tentang sa’i.
Sesampainya di Marwah berbuatlah seperti yang sudah kita perbuat di Sofa, demikianlah dan seterusnya sampai rampungnya sa’i. (H.R. An Nasai : 5 / 240, pada baris 5 – 8 dari atas, dalam bab “Attakbiru ‘Alashshofa”).
T A H A L L U L
Sesudah rampung mengerjakan sa’i, maka pekerjaan terakhir dari ‘umrah itu adalah t a h a l l u l, yaitu mencukur atau menggunting sebahagian dari rambut kepala sebagai tanda selesai dari ibadah ‘umrah tersebut.
Dalam mencukur plontos rambut atau menggunting saja sebahagian dari rambut kepala supaya didahulukan rambut di belahan kepala bagian kanan, kemudian lantas bagian yang kiri . (H.R. Muslim : 1 / 545, pada baris 23 dari atas, dalam “Babu Bayani Annas-sunnata Yauman-nahri…….”; dan H.R. Tirmidzi : 3 / 225, nomor hadisnya 912, pada baris 6 – 8 dari atas, dalam “Babu Ma Ja-a Biayyi Janibirroksi Yubda-u Filhalqi”).-
Sampai disini sudah selesai ibadah ‘umrah, dan sudah boleh ganti pakaian dari pakaian ihram kepada pakaian biasa jika membawa pakaian untuk ganti. Tetapi biasanya dan pada umumnya ganti pakaian itu nanti kalau sudah pulang ke maktabnya, maka ganti pakaian di sana / di maktab itu.
PETUNJUK PRAKTIS IBADAH HAJJI
1. 1. Pagi hari tanggal 8 Dzulhijjah sesudah berpakaian ihram dan sudah niat ihram untuk hajji sambil mengucapkan kalimat ihlal hajji “Labbaika Hajjan” kita tinggalkan Makkah menuju Mina, bermalam di Mina. Sholat Lohor sampai Subuh di Mina dengan qoshor tanpa jamak, khusus sehari semalam itu.
2. 2. Pagi hari tanggal 9 Dzulhijjah kita tinggalkan Mina menuju ‘Arafah untuk wukuf sejak Lohor sampai Maghrib saja. Sholat Lohor dan ‘Ashar di jamak-qoshor di ‘Arafah itu. (H.R. Muslim : 1 / 511 – 512).
3. 3. Malam hari tanggal 10 Dzulhijjah sesudah Maghrib dan sebelum sholat Maghrib kita tinggalkan ‘Arafah menuju Muzdalifah untuk mabit / bermalam sampai Subuh. Sholat Maghrib dan ‘Isyah di jamak-qoshor di Muzdalifah. (Muslim : 1 / 512).
4. 4. Sebelum terbit matahari tanggal 10 Dzulhijjah kita tinggalkan Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah ‘aqobah saja lantas kita kerjakan tahallul awal dengan cukur rambut kepala atau guntingan. Kemudian lepaslah pakaian ihram dan gantilah dengan pakaian biasa jika membawa gantinya. (Muslim : 1 / 545).
5. 5. Pada hari itu juga tanggal 10 Dzulhijjah jika tidak terlalu capai, maka terus saja pergi ke Makkah untuk mengerjakan towaf ifadloh (towaf rukun hajji). Selesai towaf ifadloh, berarti sudah tahallul tsani (tahallul kedua), sehingga larangan-larangan ihram sudah habis semuanya.
f
S
S