Wednesday, November 30, 2011

Manisnya Iman Karena Cinta




Ada ungkapan yang mengatakan :
مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا فَهُوَ عَبْدُهُ .
Artinya :  Barangsiapa cinta kepada sesuatu, maka dia menjadi abdinya.

Rupa-rupanya ungkapan  itu benar juga.  Orang yang sedang dimabuk cinta akan tunduk dan taat kepada yang dicintainya.  Diperintah apapun oleh yang tercinta, pasti mau melaksanakannya. Demikian juga larangannya akan ditinggalkannya  demi  yang tercinta  itu.   Bahkan  kadang-kadang orang berani berdusta demi mengabdi kepada cinta.  Memanglah  rupa-rupanya  cinta itu  bagaikan raja yang ia adalah segalanya yang ia boleh berbuat tetapi tidak boleh salah.  Siang selalu terbayang, dan malam menjadi buah mimpi.   Setia apel pagi dan sore demi untuk yang tercinta.    Jalan terjal,  lokasi jauh,  hujan mengguyur dan petirpun menyambar,  demi mengabdi cinta,  maka ditempuhnya juga.   Itulah cinta !  Bahkan cinta akan meronta apabila  dengan tiba-tiba dipenggal lajunya dengan ucapan : Putuskan cintamu ! Sebab jika cinta macam ini terjadi pada siswa atau maha siswa akan menjadikan gagal sekolahnya atau kuliahnya, dan suram masa depannya.  Dan bila terjadi pada  orang yang sudah berumah tangga akan menjadikan berantakan rumah tangganya dan turun kewibawaannya dihadapan anak cucunya dan masyarakatnya.
Cinta itu memang nikmat,  tetapi penyakit.  Penyakit, tetapi nikmat. Itulah kira-kira tuduhan terhadap cinta.  Cinta menerpa manuisia tanpa pandang usia.

Memang Alloh jugalah yang membuat cinta bagi setiap makhluq yang bernyawa. Cinta bisa benar, dan cinta bisa salah tergantung niatan orang yang bermain cinta dan sasaran cintanya.   Percintaan muda-mudi yang tidak  terkendali akan menjadikan  masing-masing menderita rugi.  Tak ketinggalan  percintaan manula yang biasanya disebut perselingkuhan akan mengantarkan  rumah tangganya menjadi berantakan dan bahkan bisa ambyar berderai.

Dibalik cinta  yang dikatakan nikmat tetapi penyakit, dan penyakit tetapi nikmat, ternyata Alloh Yang Kuasa,  lewat lisan Nabi utusan-Nya, Muhammad s.a.w.  memberikan petunjuk tentang cinta yang selamanya akan terasa manis dan nikmat, bahkan  dijamin pasti akan selalu mengantar orang yang  menaruh cinta itu  kepada kehidupan yang membahagiakan dan mensejahterakannya,  sebagaimana petunjuk  Nabi berikut ini :

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَاْلاِيْمَانِ : أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءُ لاَيُحِبُّهُ اِلاَّ لِلَّهِ وَاَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَفِى الْكُفْرِ بَعْدَأَنْ 
 أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهَ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ . ( رواه البخاري  ومسلم).

Artinya : Ada tiga perkara, barangsiapa memiliki tiga perkara itu dia bisa merasakan manisnya iman, yaitu : Alloh dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya, dia mencintai seseorang hanya karena  Alloh,  dan dia benci kembali kepada kekafiran setelah Alloh menyelamatkan dari kekafirannya sebagaimana dia tidak suka dilemparkan kedalam neraka. (H.R. Bukhori dan Muslim).-

Sabda Nabi tersebut itu memberi  petunjuk  dengan tegas dan pasti  kepada siapasaja orangnya yang mau menyalurkan cintanya kepada sasaran yang dijamin menguntungkan dan membahagiakan, yaitu  :

1.      Cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya harus melebihi cintanya kepada selain keduanya.  Artinya  rela mengorbankan kemauan nafsu demi yang tercinta, yaitu melaksanakan perintah Alloh dan Rasul-nya, serta menjauhi larangan dari keduanya.
2.      Bila cinta kepada seseorang, maka cintanya hanya karena Alloh, dijalan Alloh dan menuju ridlo Alloh,  bukan cinta hampa yang tidak menguntungkan dunia-akheratnya  dan bahkan mungkin membawa petaka.
3.      Bersikap hati-hati dalam bertingkah laku supaya selamat dari terjerumus kedalam lubang kemusyrikan dan kemurtadan yang tiada terasa. Kita ingat  bahwa Rasululloh s.a.w.  sudah menjelaskan tentang adanya orang islam yang sebenarnya islamnya sudah keluar dari dirinya seperti keluarnya rambut dari tepung,  karena halusnya dan lembutnya sehingga  tiada terasa, yaitu pelaku bid'ah yang tiada berhenti sampai maut menjemputnya.

Cinta dan tidak cinta terhadap yang tersebut diatas itulah yang Nabi maksudkan sebagai jembatan untuk memperoleh  “halawatul iman” , yakni iman yang manis, iman yang hakiki, iman yang mantap, bukan iman palsu dan bukan iman yang ragu-ragu.  Alangkan indahnya, dan alangkah bahagianya bagi orang yang diberi oleh Alloh  dapat merasakan manisnya iman.   Firman Alloh :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اَمَنُوُا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِى سَبِيْلِ اللهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُوْنَ.( 49 الحجرات : 15).-

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada  Alloh dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan (dibuktikan) dengan jihad (berjuang / beramal usaha) dengan harta dan jiwa mereka dijalan Alloh; mereka itulah orang-orang yang  benar-benar beriman. (Q.S. 49 Al Hujurat : 15).-

Orang beriman yang cintanya kepada Alloh dan Rasul-Nya  melebihi cintanya selain kepada keduanya itulah  cinta yang akan mengantar si mukmin bisa membuktikannya dengan  jihad / berjuang  dijalan Alloh.      Rasululloh s.a.w. berpesan :

قُلْ : اَمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ ! (رواه البخاري ومسلم).-

Artinya :  Katakanlah ( olehmu Muhammad ) :  “Aku iman kepada Alloh, kemudian  istiqomahlah / mantaplah !” (H.R. Bukhori dan Muslim).-
Lanjutkan Membaca - Manisnya Iman Karena Cinta

Hal Pencangkokkan Organ Tubuh Manusia





Yang harus diketahui terlebih dahulu adalah prinsip hidup manusia itu adalah selamat dan memperoleh barokah dari Alloh. Baroah itu sendiri artinya : "Ziyadatunni'mati" (bertambah-tambah nikmatnya).
Dengan demikian, maka prinsip hidup manusia itu adalah : selamat dan menyelamatkan kepada orang lain, aman dan memberi aman kepada orang lain,  damai dan memberi kedamaian kepada orang lain, bahagia sejahtera di dunia dan akheratnya untuk dirinya dan orang lain.

Untuk itu, maka manusia diperintah supaya tolong-menolong dalam hal kebaikan dan taqwa kepada Alloh, dan dilarang berbuat dosa dan bermusuhan.

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى اْلاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ (المائدة :  2).

Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa kepada Alloh, dan jangan kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan bermusuhan (Q.S. Almaidah : 2).

وَاَحْسِنُوْا اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ (البقرة : 195).

Dan berbuat baiklah kamu (kepada orang lain dan lingkungan), sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan (Al Baqoroh : 195).

وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِى اْلاَرْضِ اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ (القصص : 77).

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qoshosh : 77).

Kecuali itu manusia dilarang membinasakan diri :

وَلاَتُلْقُوْا بِأَيْدِيْكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ( البقرة : 195).

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri didalam kebinasaan (Al Baqoroh : 195).

Sabda Nabi yang artinya : "merusak tulang (organ tubuh manusia) yang sudah mati itu sama dengan merusaknya ketika masih hidup dalam dosanya".
2

Bagaimana kalau melakukan yang dharurat dan sampai dimana batas dharurat itu ?     Firman Alloh :

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَا اُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللهِ . فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ اِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ (البقرة :  173).

Sesungguhnya Alloh hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih untuk selain Alloh. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa, sedang ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al Baqoroh : 173).

"Keadaan terpaksa" dalam ayat tersebut diatas pengertiannya, adalah orang yang kemungkinan bisa mati kalau tidak makan, padahal yang ada hanya barang yang diharamkan atau dilarang, maka ia dibenarkan memakannya sekedar untuk menyelamatkan dirinya dari bahaya kematiannya, dan asal tidak melampaui batas, maka yang bdemikian itu tidak berdosa / boleh dilakukan.

Nabi bersabda :
لاَضَرَرَ وَلاَ ضِرَرَ

Tidak boleh membuat aksi dengan bahaya dan tidak boleh memberi reaksi dengan bahaya.

Kaidah mengatakan :  "Bahaya itu dihilangkan"

Dari wawasan ayat Al Quran, hadis dan kaidah agama, maka sekarang kita cermati  tentang masalah  pencangkokan organ tubuh manusia yang akan dilakukan, sebab pada zaman Nabi belum pernah ada, sehingga kalau mungkin dilakukan sudah tentu dasar hukumnya adalah ijtihad atau penelitian yang cermat sekali dari segi man faat dan m adharfatnya.   Ingat bahwa hukum itu berputar pada sebabnyha, artinya apabila ada sebabnya ada hukumnya, dan apabila  idak ada sebabnya maka tidak ada hukumnya.

Dengan dasar-dasar tersebut diatas, maka tindakan pencangkokan organ tubuh manusia itu bisa ditentukan.  Silakan cermati dengan akalmu !
















Lanjutkan Membaca - Hal Pencangkokkan Organ Tubuh Manusia

Mengapa Kita Butuh Mimpi Dalam Tidur?


Orang mengatakan waktu dapat menyembuhkan semua luka. Itu ternyata ada benarnya. Riset terbaru dari University of California, Berkeley, mengindikasikan bahwa lamanya waktu bermimpi ketika tidur dapat mengatasi penderitaan yang menyakitkan.Peneliti UC Berkeley menemukan bahwa, selama fase mimpi dalam tidur, atau tidur rapid eye movement (REM), yaitu ketika bola mata bergerak cepat saat tidur, zat kimia stres dipadamkan dan otak memproses pengalaman emosional dan mengikis memori yang menyakitkan.




Temuan ini menawarkan sebuah penjelasan yang menarik soal mengapa orang yang menderita kelainan stres pasca-kejadian traumatis, seperti veteran perang, menemui kesulitan untuk pulih dari pengalaman yang membuatnya tertekan dan berulang kali dihantui mimpi buruk. Penelitian ini juga menawarkan jawaban mengapa kita bermimpi.

"Tahap mimpi tidur, berdasarkan komposisi neurokimianya yang unik, memberikan semacam terapi sepanjang malam, sejenis balsam menenangkan yang membuang semua hal yang tajam dari pengalaman emosional pada hari sebelumnya," kata Matthew Walker, dosen psikologi dan neuroscience di universitas itu yang terlibat dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology.

Bagi penderita stres pasca-peristiwa traumatis, terapi malam ini mungkin tidak bekerja secara efektif. "Sehingga ketika kilas balik, misalnya dipicu oleh ban mobil meletus, mereka mengalami kembali seluruh pengalaman mengerikan itu karena emosinya tidak disingkirkan dari memori dengan benar selama tidur," kata Walker.

Hasil studi ini menawarkan berbagai informasi tentang fungsi emosional tidur REM, yang biasanya mencakup 20 persen dari waktu tidur seorang manusia sehat.

Studi otak sebelumnya mengindikasikan bahwa pola tidur sehat itu tidak berjalan sebagaimana mestinya pada orang yang menderita kelainan seperti trauma dan depresi.

Sumber : http://apakabardunia.com




Lanjutkan Membaca - Mengapa Kita Butuh Mimpi Dalam Tidur?

Saturday, August 13, 2011

Berhala Atas Nama Cinta


BERHALA ATAS NAMA CINTA

Berhala adalah sesuatu yang dipuja-puja, didewakan, dan diikuti semua kemauannya.

Sikap memuja, mendewakan, mengikuti semua kemauan itu akibat dari rasa cinta yang ada dalam hati seseorang terhadap sesuatu. Cinta memang kadang-kadang membutakan mata dan juga mata hati seseorang. Karena saking cintanya bisa membuat orang mau melakukan apa saja.

Pada zaman dahulu yang disebut berhala adalah patung yang merupakan perwujudan dari orang-orang shalih dari kalangan mereka yang telah meninggal dunia. Mereka membuat patung itu untuk menghormati mereka. Namun lama kelamaan patung itupun mereka sembah karena rasa hormat dan cinta mereka kepada para pendahulunya yang shalih-shalih itu.

Pada masa sekarang ini, yang namanya berhala tidak mesti berwujud patung yang disembah. Penyembahan yang dilakukan tidak mesti berupa ritual-ritual tertentu. Namun penyembahan terhadap berhala-berhala pada masa sekarang ini adalah bentuk penghormatan yang berlebihan, rasa cinta yang berlebihan yang melebihi rasa hormat dan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ketika kita menghormati orang yang pintar, sehingga ia menganggap apa yang dikatakan oleh orang yang pintar itu selalu benar, apapun perkataan orang yang pintar itu selalu kita terima tanpa disaring dulu dengan pendapat otak dan hati kita, maka kita sudah jatuh dalam penyembahan terhadap orang itu. Artinya orang yang pintar itu telah menjadi BERHALA bagi kita.

Begitu pula denga rasa cinta kita kepada orang lain atau sesuatu. Bila besarnya rasa cinta kita kepada sesuatu atau orang lain itu melebihi rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesuatu atau orang lain yang kita cintai itu telah menjadi BERHALA bagi kita.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى

أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ » (مسلم : كتاب الإيمان  (1) باب وُجُوبِ 

مَحَبَّةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- (18) : 178)

Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah beriman salah seorang dari kamu semua, sehingga aku (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dicintainya melebihi cintanya kepada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia lainnya”. (Muslim : Kitabul Iman (1) Babu Wujuubi mahabbati Rasulillahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (18) : 178 dalam Maktabah Syamilah)

Dalam hadits ini jelas, bahwa posisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada di atas anak kita, orang tua kita dan manusia lainnya untuk kita cintai. Karena mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti mencintai Allah juga.

Kalau kita menempatkan anak-anak kita, isteri-isteri kita, orang tua kita, atau siapapun itu di atas posisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kita cintai, maka bisa dikatakan bahwa mereka adalah BERHALA bagi kita. Bahkan kita membenci seseorang yang dibenci oleh isteri kita misalnya, padahal kita tidak tahu atas alasan apa kita membencinya, kita benci hanya karena isteri kita benci tanpa tahu sebab musababnya, maka kita telah menempatkan isteri kita menjadi BERHALA.

Mari kita simak dialog dalam sebuah keluarga berikut ini :
Isteri  : “Yah... Ayah, gini Yah. Ayah khan sudah 5 tahun jadi manajer di perusahaan. Teman-teman seangkatan Ayah, sama-sama manajer, mereka sudah pada punya mobil bagus-bagus lho Yah!
Suami : “Memang kenapa sih Bu ?”
Isteri  : “Yaaaa.. kalau punya mobil khan enak Yah. Kita nggak usah susah-susah kalau mau pergi ke tempat saudara di wilayah lain”.
Suami : “Lho... khan sudah ada angkutan umum to Bu ?”
Isteri  : “Iya. Tapi khan sumpek harus berdesak-desakan dalam angkutan. Masa sih, Ayah nggak bisa beli mobil. Teman-teman Ayah saja sudah pada punya mobil bagus gitu kok”.
Suami : “Ya sabar to Bu. Nanti kalau duitnya sudah ngumpul, kita beli mobil baru dan bagus”.
Isteri  : “Sabar, sabar, sabaaar terus. Kapan duitnya ngumpul ? Kapan kita punya mobil kalau disuruh sabar terus ? Ayah khan seorang manajer. Teman-teman Ayah yang seangkatan dengan Ayah, yang mereka sudah punya mobil bagus, mereka juga manajer, sama dengan Ayah. Masa mereka bisa, Ayah nggak bisa seperti mereka ?”

Itulah protes seorang isteri terhadap suaminya. Sang suami pun terdiam. Ia sangat mencintai isterinya. Hatinya galau ketika diprotes oleh isterinya. Kemudian ia berfikir tentang dirinya dan jabatannya sebagai seorang manajer dalam sebuah perusahaan. Ia menyadari bahwa ia mempunyai kewenangan yang bisa ia gunakan untuk membuat sebuah kebijakan yang bisa menguntungkan dirinya sendiri. Ia juga melihat bahwa teman-temannya sesama manajer juga memanfaatkan jabatan mereka sebagai manajer untuk menguntungkan diri mereka sendiri. Hatinya masih risau, karena bertentangan dengan hati nuraninya. Namun ketika berkali-kali sang isteri selalu menanyakan hal yang sama, maka walaupun dengan berat hati, ia menjadi seperti teman-temannya sesama manajer yang memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan sendiri.

Saat itulah, ketika ia sudah memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan diri sendiri demi bisa memenuhi keinginan sang isteri yang sangat dicintainya, maka ia telah menjadikan isterinya menjadi BERHALA. Ya... berhala, BERHALA ATAS NAMA CINTA ! Maka hati-hatilah terhadap orang-orang yang kita cintai ! Jangan-jangan mereka menjadi berhala bagi kita.

Memang tidak harus jadi seorang manajer untuk menjadikan isteri sebagai berhala. Apapun profesinya, apapun pekerjaannya dan apapun kedudukannya  bisa menempatkan sang isteri atau anak atau siapapun yang dicintainya menjadi berhala bagi dirinya. Ketika seseorang berusaha menyenangkan orang-orang yang dicintainya dengan menggunakan segala cara sampai berani melanggar larangan-larangan Allah, maka pada saat itulah orang-orang yang dicintainya itu ditempatkan sebagai berhala bagi dirinya.

Pada saat ini, telah muncul berhala-berhala baru. Pada era multi partai saat ini, partai telah menjadi berhala baru bagi sebagian anggota partai itu. Dalam kampanye, tak jarang terjadi gontok-gontokan, adu mulut saling menjatuhkan yang kesemuanya itu hanya didasari dengan rasa fanatik terhadap golongannya. Mereka menganggap bahwa golongannya adalah golongan yang paling baik dan paling benar. Bahkan beberapa anggota partai atau golongan itu membenci partai atau golongan lainnya hanya karena pemimpinnya tidak suka atau benci dengan partai lain atau golongan lain tersebut.

Kemudian fenomena yang tidak kalah menariknya adalah fenomena dukung mendukung terhadap calon pemimpin daerah. Entah itu gubernur, bupati atau wali kota, camat , lurah atau kepala desa, ketua RW bahkan ketua RT. Persaingan antar calon pemimpin daerah telah menjadikan para pendukung-nya pun juga ikut bersaing. Karena untuk membuat calon yang didukungnya bisa terpilih dalam pemilihan nanti, tidak jarang dalam kampanye, mereka menjelek-jelekkan orang yang menjadi saingan orang yang didukungnya. Karena tidak terima, maka calon yang dijelek-jelekkan dan para pendukungnya membalas dengan kampanye yang sama jeleknya pula. Sehingga yang terjadi selanjutnya adalah bentrok fisik antar kedua pendukung. Runtuhnya kerukunan hidup, runtuhnya kebersamaan, dan tercerai berainya persaudaraan karena rasa fanatik yang berlebihan terhadap golongannya atau karena rasa cinta terhadap orang yang didukungnya yang berlebihan, telah menjadikan golongan atau partai atau orang-orang yang didukungnya itu menjadi berhala bagi para anggotanya atau para pendukungnya.

Rasa cinta yang berlebihan terhadap sesuatu memang bisa membahayakan keimanan kita. Apapun itu, kalau kita mencintainya melebihi rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesuatu yang kita cintai itu telah menjadi berhala bagi kita. Memang kita tidak menyembahnya dengan upacara khusus, tetapi jika demi yang kita cintai, kita berani melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya, berarti kita mencintai sesuatu itu melebihi cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Lanjutkan Membaca - Berhala Atas Nama Cinta

Sujud Tilawah


SUJUD TILAWAH

Sujud Tilawah adalah sujud yang dikerjakan ketika mendengar atau membaca ayat-ayat sajdah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat.
Hukum dari Sujud Tilawah ini adalah sunnat.

KEUTAMAAN SUJUD TILAWAH
Riwayat menjelaskan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ - وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى - أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ » (مسلم : كتاب الإيمان (1) باب بَيَانِ إِطْلاَقِ اسْمِ الْكُفْرِ عَلَى مَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ (37) : 254)

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda :“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. (Dalam riwayat Abu Kuraib : Celaka aku), Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 254)

حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْعِبَادِ وَأَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ بِرَحْمَتِهِ مَنْ أَرَادَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا مِمَّنْ أَرَادَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ يَرْحَمَهُ مِمَّنْ يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. فَيَعْرِفُونَهُمْ فِى النَّارِ يَعْرِفُونَهُمْ بِأَثَرِ السُّجُودِ تَأْكُلُ النَّارُ مِنِ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ أَثَرَ السُّجُودِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ (مسلم : كتاب الإيمان (1) باب مَعْرِفَةِ طَرِيقِ الرُّؤْيَةِ. (83) : 469)

“Hingga Allah pun menyelesaikan ketentuan di antara hamba-hamba- Nya, lalu Dia menghendaki dengan rahmat-Nya yaitu siapa saja yang dikehendaki untuk keluar dari neraka. Dia pun memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan dari neraka siapa saja yang sama sekali tidak berbuat syirik kepada Allah. Termasuk di antara mereka yang Allah kehendaki adalah orang yang mengucapkan ‘laa ilaha illallah’. Para malaikat tersebut mengenal orang-orang tadi yang berada di neraka melalui bekas sujud mereka. Api akan melahap bagian tubuh anak Adam kecuali bekas sujudnya. Allah mengharamkan bagi neraka untuk melahap bekas sujud tersebut.” (HR Muslim no. 469)


CARA MELAKUKAN SUJUD TILAWAH

  1. Sujud hanya sekali saja seperti sujud dalam shalat
  2. Tidak perlu takbiratul ihram
  3. Membaca takbir ketika hendak sujud dan bangkit dari sujud
  4. Tidak ada doa khusus untuk sujud ini. Jadi doanya sama dengan doa ketika sedang shalat.

TEMPAT-TEMPAT AYAT SAJDAH
1.                                              Al A’rof ayat 206  (وَلَهُ يَسْجُدُونَ )
2.                                               Ar Ro’du ayat 15 (بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ )
3.                                               An Nahl ayat 49-50 (وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ & وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ)
4.                                               Al Isro’ ayat 109 (وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا)
5.                                               Maryam ayat 58 (سُجَّدًا وَبُكِيًّا)
6.                                               Al Hajj ayat 18 (إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاء )
7.                                              Al Hajj ayat 77 ( وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ )
8.                                               Al Furqon ayat 60 (وَزَادَهُمْ نُفُورًا )
9.                                               An Naml ayat 26 (رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ )
10.                                            As Sajdah ayat 15 (وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ )
11.                                           Shaad ayat 24 (وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ )
12.                                            Fushilat atau Haa Miim As Sajdah ayat 38 (menurut mayoritas ulama) (وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ )
13.                                            An Najm ayat 62 (ayat terakhir) (فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا )
14.                                            Al Insyiqaq ayat 21 (وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآَنُ لَا يَسْجُدُونَ )
15.                                            Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir) (وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ )

Lanjutkan Membaca - Sujud Tilawah