Showing posts with label Islam. Show all posts
Showing posts with label Islam. Show all posts

Saturday, August 13, 2011

Berhala Atas Nama Cinta


BERHALA ATAS NAMA CINTA

Berhala adalah sesuatu yang dipuja-puja, didewakan, dan diikuti semua kemauannya.

Sikap memuja, mendewakan, mengikuti semua kemauan itu akibat dari rasa cinta yang ada dalam hati seseorang terhadap sesuatu. Cinta memang kadang-kadang membutakan mata dan juga mata hati seseorang. Karena saking cintanya bisa membuat orang mau melakukan apa saja.

Pada zaman dahulu yang disebut berhala adalah patung yang merupakan perwujudan dari orang-orang shalih dari kalangan mereka yang telah meninggal dunia. Mereka membuat patung itu untuk menghormati mereka. Namun lama kelamaan patung itupun mereka sembah karena rasa hormat dan cinta mereka kepada para pendahulunya yang shalih-shalih itu.

Pada masa sekarang ini, yang namanya berhala tidak mesti berwujud patung yang disembah. Penyembahan yang dilakukan tidak mesti berupa ritual-ritual tertentu. Namun penyembahan terhadap berhala-berhala pada masa sekarang ini adalah bentuk penghormatan yang berlebihan, rasa cinta yang berlebihan yang melebihi rasa hormat dan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ketika kita menghormati orang yang pintar, sehingga ia menganggap apa yang dikatakan oleh orang yang pintar itu selalu benar, apapun perkataan orang yang pintar itu selalu kita terima tanpa disaring dulu dengan pendapat otak dan hati kita, maka kita sudah jatuh dalam penyembahan terhadap orang itu. Artinya orang yang pintar itu telah menjadi BERHALA bagi kita.

Begitu pula denga rasa cinta kita kepada orang lain atau sesuatu. Bila besarnya rasa cinta kita kepada sesuatu atau orang lain itu melebihi rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesuatu atau orang lain yang kita cintai itu telah menjadi BERHALA bagi kita.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى

أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ » (مسلم : كتاب الإيمان  (1) باب وُجُوبِ 

مَحَبَّةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- (18) : 178)

Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah beriman salah seorang dari kamu semua, sehingga aku (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dicintainya melebihi cintanya kepada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia lainnya”. (Muslim : Kitabul Iman (1) Babu Wujuubi mahabbati Rasulillahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (18) : 178 dalam Maktabah Syamilah)

Dalam hadits ini jelas, bahwa posisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada di atas anak kita, orang tua kita dan manusia lainnya untuk kita cintai. Karena mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti mencintai Allah juga.

Kalau kita menempatkan anak-anak kita, isteri-isteri kita, orang tua kita, atau siapapun itu di atas posisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kita cintai, maka bisa dikatakan bahwa mereka adalah BERHALA bagi kita. Bahkan kita membenci seseorang yang dibenci oleh isteri kita misalnya, padahal kita tidak tahu atas alasan apa kita membencinya, kita benci hanya karena isteri kita benci tanpa tahu sebab musababnya, maka kita telah menempatkan isteri kita menjadi BERHALA.

Mari kita simak dialog dalam sebuah keluarga berikut ini :
Isteri  : “Yah... Ayah, gini Yah. Ayah khan sudah 5 tahun jadi manajer di perusahaan. Teman-teman seangkatan Ayah, sama-sama manajer, mereka sudah pada punya mobil bagus-bagus lho Yah!
Suami : “Memang kenapa sih Bu ?”
Isteri  : “Yaaaa.. kalau punya mobil khan enak Yah. Kita nggak usah susah-susah kalau mau pergi ke tempat saudara di wilayah lain”.
Suami : “Lho... khan sudah ada angkutan umum to Bu ?”
Isteri  : “Iya. Tapi khan sumpek harus berdesak-desakan dalam angkutan. Masa sih, Ayah nggak bisa beli mobil. Teman-teman Ayah saja sudah pada punya mobil bagus gitu kok”.
Suami : “Ya sabar to Bu. Nanti kalau duitnya sudah ngumpul, kita beli mobil baru dan bagus”.
Isteri  : “Sabar, sabar, sabaaar terus. Kapan duitnya ngumpul ? Kapan kita punya mobil kalau disuruh sabar terus ? Ayah khan seorang manajer. Teman-teman Ayah yang seangkatan dengan Ayah, yang mereka sudah punya mobil bagus, mereka juga manajer, sama dengan Ayah. Masa mereka bisa, Ayah nggak bisa seperti mereka ?”

Itulah protes seorang isteri terhadap suaminya. Sang suami pun terdiam. Ia sangat mencintai isterinya. Hatinya galau ketika diprotes oleh isterinya. Kemudian ia berfikir tentang dirinya dan jabatannya sebagai seorang manajer dalam sebuah perusahaan. Ia menyadari bahwa ia mempunyai kewenangan yang bisa ia gunakan untuk membuat sebuah kebijakan yang bisa menguntungkan dirinya sendiri. Ia juga melihat bahwa teman-temannya sesama manajer juga memanfaatkan jabatan mereka sebagai manajer untuk menguntungkan diri mereka sendiri. Hatinya masih risau, karena bertentangan dengan hati nuraninya. Namun ketika berkali-kali sang isteri selalu menanyakan hal yang sama, maka walaupun dengan berat hati, ia menjadi seperti teman-temannya sesama manajer yang memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan sendiri.

Saat itulah, ketika ia sudah memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan diri sendiri demi bisa memenuhi keinginan sang isteri yang sangat dicintainya, maka ia telah menjadikan isterinya menjadi BERHALA. Ya... berhala, BERHALA ATAS NAMA CINTA ! Maka hati-hatilah terhadap orang-orang yang kita cintai ! Jangan-jangan mereka menjadi berhala bagi kita.

Memang tidak harus jadi seorang manajer untuk menjadikan isteri sebagai berhala. Apapun profesinya, apapun pekerjaannya dan apapun kedudukannya  bisa menempatkan sang isteri atau anak atau siapapun yang dicintainya menjadi berhala bagi dirinya. Ketika seseorang berusaha menyenangkan orang-orang yang dicintainya dengan menggunakan segala cara sampai berani melanggar larangan-larangan Allah, maka pada saat itulah orang-orang yang dicintainya itu ditempatkan sebagai berhala bagi dirinya.

Pada saat ini, telah muncul berhala-berhala baru. Pada era multi partai saat ini, partai telah menjadi berhala baru bagi sebagian anggota partai itu. Dalam kampanye, tak jarang terjadi gontok-gontokan, adu mulut saling menjatuhkan yang kesemuanya itu hanya didasari dengan rasa fanatik terhadap golongannya. Mereka menganggap bahwa golongannya adalah golongan yang paling baik dan paling benar. Bahkan beberapa anggota partai atau golongan itu membenci partai atau golongan lainnya hanya karena pemimpinnya tidak suka atau benci dengan partai lain atau golongan lain tersebut.

Kemudian fenomena yang tidak kalah menariknya adalah fenomena dukung mendukung terhadap calon pemimpin daerah. Entah itu gubernur, bupati atau wali kota, camat , lurah atau kepala desa, ketua RW bahkan ketua RT. Persaingan antar calon pemimpin daerah telah menjadikan para pendukung-nya pun juga ikut bersaing. Karena untuk membuat calon yang didukungnya bisa terpilih dalam pemilihan nanti, tidak jarang dalam kampanye, mereka menjelek-jelekkan orang yang menjadi saingan orang yang didukungnya. Karena tidak terima, maka calon yang dijelek-jelekkan dan para pendukungnya membalas dengan kampanye yang sama jeleknya pula. Sehingga yang terjadi selanjutnya adalah bentrok fisik antar kedua pendukung. Runtuhnya kerukunan hidup, runtuhnya kebersamaan, dan tercerai berainya persaudaraan karena rasa fanatik yang berlebihan terhadap golongannya atau karena rasa cinta terhadap orang yang didukungnya yang berlebihan, telah menjadikan golongan atau partai atau orang-orang yang didukungnya itu menjadi berhala bagi para anggotanya atau para pendukungnya.

Rasa cinta yang berlebihan terhadap sesuatu memang bisa membahayakan keimanan kita. Apapun itu, kalau kita mencintainya melebihi rasa cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesuatu yang kita cintai itu telah menjadi berhala bagi kita. Memang kita tidak menyembahnya dengan upacara khusus, tetapi jika demi yang kita cintai, kita berani melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya, berarti kita mencintai sesuatu itu melebihi cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Lanjutkan Membaca - Berhala Atas Nama Cinta

Sujud Tilawah


SUJUD TILAWAH

Sujud Tilawah adalah sujud yang dikerjakan ketika mendengar atau membaca ayat-ayat sajdah, baik di dalam shalat maupun di luar shalat.
Hukum dari Sujud Tilawah ini adalah sunnat.

KEUTAMAAN SUJUD TILAWAH
Riwayat menjelaskan :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ - وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى - أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ » (مسلم : كتاب الإيمان (1) باب بَيَانِ إِطْلاَقِ اسْمِ الْكُفْرِ عَلَى مَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ (37) : 254)

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda :“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. (Dalam riwayat Abu Kuraib : Celaka aku), Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 254)

حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْعِبَادِ وَأَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ بِرَحْمَتِهِ مَنْ أَرَادَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا مِمَّنْ أَرَادَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ يَرْحَمَهُ مِمَّنْ يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. فَيَعْرِفُونَهُمْ فِى النَّارِ يَعْرِفُونَهُمْ بِأَثَرِ السُّجُودِ تَأْكُلُ النَّارُ مِنِ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ أَثَرَ السُّجُودِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ (مسلم : كتاب الإيمان (1) باب مَعْرِفَةِ طَرِيقِ الرُّؤْيَةِ. (83) : 469)

“Hingga Allah pun menyelesaikan ketentuan di antara hamba-hamba- Nya, lalu Dia menghendaki dengan rahmat-Nya yaitu siapa saja yang dikehendaki untuk keluar dari neraka. Dia pun memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan dari neraka siapa saja yang sama sekali tidak berbuat syirik kepada Allah. Termasuk di antara mereka yang Allah kehendaki adalah orang yang mengucapkan ‘laa ilaha illallah’. Para malaikat tersebut mengenal orang-orang tadi yang berada di neraka melalui bekas sujud mereka. Api akan melahap bagian tubuh anak Adam kecuali bekas sujudnya. Allah mengharamkan bagi neraka untuk melahap bekas sujud tersebut.” (HR Muslim no. 469)


CARA MELAKUKAN SUJUD TILAWAH

  1. Sujud hanya sekali saja seperti sujud dalam shalat
  2. Tidak perlu takbiratul ihram
  3. Membaca takbir ketika hendak sujud dan bangkit dari sujud
  4. Tidak ada doa khusus untuk sujud ini. Jadi doanya sama dengan doa ketika sedang shalat.

TEMPAT-TEMPAT AYAT SAJDAH
1.                                              Al A’rof ayat 206  (وَلَهُ يَسْجُدُونَ )
2.                                               Ar Ro’du ayat 15 (بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ )
3.                                               An Nahl ayat 49-50 (وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ & وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ)
4.                                               Al Isro’ ayat 109 (وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا)
5.                                               Maryam ayat 58 (سُجَّدًا وَبُكِيًّا)
6.                                               Al Hajj ayat 18 (إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاء )
7.                                              Al Hajj ayat 77 ( وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ )
8.                                               Al Furqon ayat 60 (وَزَادَهُمْ نُفُورًا )
9.                                               An Naml ayat 26 (رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ )
10.                                            As Sajdah ayat 15 (وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ )
11.                                           Shaad ayat 24 (وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ )
12.                                            Fushilat atau Haa Miim As Sajdah ayat 38 (menurut mayoritas ulama) (وَهُمْ لَا يَسْأَمُونَ )
13.                                            An Najm ayat 62 (ayat terakhir) (فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا )
14.                                            Al Insyiqaq ayat 21 (وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآَنُ لَا يَسْجُدُونَ )
15.                                            Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir) (وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ )

Lanjutkan Membaca - Sujud Tilawah

Sunday, May 22, 2011

PETUNJUK PRAKTIS IBADAH ‘UMRAH




Ibadah ‘umrah adalah ibadah khusus yang dikerjakan di Masjidil Haram Makkah dengan syarat,  rukun  dan  cara-cara  tertentu.
Satu  ibadah ‘umrah itu terdiri dari  5 (lima) bagian  yang masing-masing bagian disebut  :  “rukun ‘umrah”.
Pengertian rukun  :  Rukun, ialah bagian dari satu pekerjaan yang wajib dikerjakan, apabila bagian itu tidak dikerjakan, maka pekerjaannya tidak sah.

RUKUN ‘UMRAH


1.      1.  IHRAM.
Ihram untuk ‘umrah, ialah niat mulai mengerjakan ibadah ‘umrah sesudah rampung memakai pakaian ihram terlebih dahulu,  sedangkan ihramnya wajib dari tempat dan saat yang sudah ditunjukkan oleh Rasululloh s.a.w. dengan lisan beliau dan atau dengan perbuatan beliau.

2.  TOWAF.
Towaf,  ialah mengelilingi Ka’bah 7 X (tujuh kali putaran) dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad juga,  sedangkan Ka’bah berada di sebelah kiri kita.

Khusus bagi pria yang mengerjakan towaf pertama kali datang di Makkah, maka dia pada putaran pertama, kedua dan ketiga dengan berlari-lari kecilAdapun untuk putaran  selanjutnya, yakni putaran yang ke  4,  5,  6  dan 7  adalah berjalan biasa tanpa lari-lari kecil lagi.  Bagi wanita berjalan biasa tanpa  lari-lari kecil.

3.  SA‘I.
     Sa’i, ialah berjalan 7 (tujuh kali)  diantara Sofa dan Marwah yang jarak diantara kedua tempat itu kurang lebih  kira-kira 400 sampai 700 meter jauhnya, dimulai dari Sofa dan diakhiri di  Marwah.  Satu kali jalan  dari Sofa ke Marwah dihitung  satu kali,  dari Marwah ke Sofa dihitung satu kali dan seterusnya sampai selesainya tujuh kalinya berakhir di Marwah.

      Khusus bagi pria yang mengerjakan sa’i, maka setiap sampai di tempat yang diberi tanda lampu neon hijau hingga lampu neon hijau berikutnya supaya lari-lari kecil  seperti pada saat towaf awal datang di Makkah di putaran pertama sampai putaran ketiga itu.  Hanya saja  pada sa’i selalu berlari-lari kecil  di tempat tertentu itu (dari lampu neon hiajau sampai lampu neon hijau berikutnya)  sampai selesainya sa’i. Jarak antara lampu neon hijau sampai lampu neon hijau berikutnya kurang lebih sekitar 50 sampai 70 meter jauhnya.   

4.      4. TAHALLUL.
Tahallul,  ialah mencukur atau menggunting sebahagian dari rambut kepala sebagai tanda selesainya ibadah ‘umrah itu.  Hal ini sama dengan  salam sebagai tanda menyudahi pekerjaan sholat.  Dalam menggunting rambut supaya didahulukan  rambut di belahan kepala bagian kanan lantas yang kiri. Sesudah tahallul sudah boleh ganti pakaian biasa.

5.      5.  TERTIB.
Tertib itu maksudnya dalam mengerjakan ibadah tersebut harus sesuai dengan urutan yang Nabi contohkan, tidak boleh dibolak-balik seenaknya kita. 

BACAAN IHLAL ‘UMRAH.

Di hati berniat melaksanakan ihram ‘umrah,  di lisannya mengucapkan kalimat ihlal ‘umrah / ihram ‘umrah,  yakni ucapan :

لبيك عمرة

“LABBAIKA ‘UMRATAN”

Aku memenuhi panggilan-Mu untuk ibadah ‘umrah.  (H.R. Muslim : 1/521; dan H.R. An Nasai : 1/269).

BACAAN TALBIYAH

Sesudah niat di hati untuk mengerjakan ‘umrah dan baca ihlal ‘umrah tersebut diatas, supaya dilanjutkan membaca talbiyah berikut ini sejak dari miqat sehingga menjelang dilaksanakannya towaf di Baitulloh (H.R. Tirmidzi : 3/261, nomor hadisnya 919) :

لبيك اللهم لبيك

 

“LABBAIKALLOHUMMA LABBAIKA”

Aku sambut panggilan-Mu, ya Alloh aku sambut panggilan-Mu.


لبيك لا شريك لك لبيك

 

“LABBAIKA LA SYARIKA LAKA LABBAIKA”

Aku sambut panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu.

ان الحمد والنعمة لك والملك

“INNAL HAMDA WANNI’MATA LAKA WALMULKA”
Sesungguhnya segala puji dan ni’mat dan kerajaan adalah milik-Mu.

لا شريك لك
“LA SYARIKA LAKA”
Tiada sekutu bagi-Mu.  (H.R. Bukhori : 1/269; dan H.R. Muslim : 1/489).


BACAAN YANG DIBACA KETIKA TOWAF

Oleh sebab ibadah hajji dan ibadah ‘umrah itu adalah ibadah badan, bukan ibadah bacaan, maka supaya tidak mempersulit orang-orang yang sedang towaf,  bacalah berikut ini sudah memadai dan sudah sah dan benar towaf yang dikerjakannya itu :

1.      Ketika mulai towaf,  berdirilah (boleh juga sambil duduk di kursi roda) menghadap ke arah Hajar Aswad dan beristilam dengan tangan sambil membaca :
بسم الله والله اكبر

“BISMILLAHI  WALLOHU  AKBAR”
Dengan menyebut Asma Alloh,  Alloh Maha Besar.

2.      Setiap kali putaran sampai di sudut rukun Yamani dan sudut Hajar Aswad supaya beristilam  dan baca : “Bismillahi Wallohu Akbar” (tentang istilam H.R. An Nasai : 5/531, baris 8 – 9 dari atas).

3.      Pada perjalanan towaf antara Rukun Yamani  dan  Hajar Aswad, baca doa :  “RABBANA ATINA FIDDUNNYA HASANATAN WAFIL AKHIRATI HASANATAN WAQINA ‘ADZBANNAR”  ( Ya Tuhan kami, berilah kami sejahtera di dunia dan sejahtera di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa api neraka ).


SHOLAT SUNNAT TOWAF

Apabila sudah selesai towaf  awal  itu dan menjelang  sa’i, dicontohkan oleh Nabi sholat sunnat dua raka’at yang disebut sholat sunnat towaf.   Kalau dapat,  sholat sunnat towaf itu  dilaksanakan di belakang makam Ibrahim.  Jika hal ini tidak mungkin lantaran sangat berdesakan,  maka  boleh di tempat lain asal masih dalam Masjidil Haram itu.


BACAAN SHOLAT SUNNAT TOWAF

Raka’at pertama sesudah baca Fatihah, bacalah  “Qul ya ayyuhal kafirun”, dan  di raka’at kedua sesudah baca Fatihah, bacalah  “Qul Huwallohu Ahad”. (H.R. An Nasai : 5/226, baris 11-12 dari atas, dalam “Babul Qira-ati Fi Rak’atayit towafi”).

PELAKSANAAN SA’I DAN YANG DIBACA

Sesudah sholat sunnat towaf dilaksanakan,  maka kembalilah dulu ke Hajar Aswad untuk beristilam  lantas menuju Sofa.  Apabila sudah sampai di Sofa, sesuai contoh Nabi jika dapat  naiklah di Sofa lantas menghadap ke Ka’bah. (H.R. Muslim : 1 / 511, dalam “Babu Hajjatin-Nabiyyi s.a.w.”).

Ketika berdiri di Sofa sambil menghadap Ka’bah itu bacalah :
الله اكبر
“ALLOHU AKBAR”  ( 3x ).
Allohu Akbar (dibaca tiga kali). 

Lantas disambung dengan yang berikut ini :
لا اله الا الله وحده لا شريك له . له الملك وله الحمد وهو على كل شيئ قدير .

“LA ILAHA ILLALLOHU WAHDAHU LA SYARIKA LAHU  LAHUL MULKU  WALAHUL HAMDU  WAHUWA  ‘ALA KULLI  SYAIIN QADIER”

Tiada Tuhan kecuali Alloh seorang diri, tiada sekutu bagi-Nya.  Bagi-Nya kerajaan  dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Keterangan :

Nomor satu dan nomor dua,   yakni kalimat Allohu Akbar dan sambungannya itu  diulang membacanya sampai 3 x  (tiga kali).  Sesudah itu lantas berdoa sesukanya,  atau doa sapu jagad itu saja sudah cukup.

Kemudian turunlah dari Sofa  lantas sa’i menuju Marwah  seperti yang sudah kita terangkan di halaman 1 (satu) nomor 3 tentang sa’i.

Sesampainya di Marwah berbuatlah  seperti yang sudah kita perbuat di Sofa, demikianlah dan seterusnya sampai rampungnya sa’i. (H.R. An Nasai : 5 / 240, pada baris 5 – 8 dari atas, dalam bab  “Attakbiru ‘Alashshofa”).

 

T A H A L L U L


Sesudah rampung mengerjakan sa’i, maka pekerjaan terakhir dari ‘umrah itu adalah   t a h a l l u l,  yaitu mencukur atau menggunting sebahagian dari rambut kepala sebagai tanda selesai dari ibadah ‘umrah  tersebut.

Dalam mencukur plontos rambut atau menggunting saja sebahagian dari rambut kepala supaya didahulukan rambut di belahan kepala bagian kanan, kemudian lantas bagian yang  kiri .  (H.R. Muslim : 1 / 545, pada baris 23 dari atas, dalam “Babu Bayani Annas-sunnata  Yauman-nahri…….”;  dan H.R. Tirmidzi : 3 / 225, nomor hadisnya 912, pada baris 6 – 8 dari atas, dalam  “Babu Ma Ja-a Biayyi Janibirroksi Yubda-u Filhalqi”).-

Sampai disini sudah selesai ibadah ‘umrah,  dan sudah boleh ganti pakaian dari pakaian ihram kepada pakaian biasa jika membawa pakaian untuk ganti. Tetapi biasanya dan pada umumnya ganti pakaian itu nanti kalau sudah pulang ke maktabnya, maka ganti pakaian di sana / di maktab itu.

PETUNJUK PRAKTIS IBADAH HAJJI


1.      1. Pagi hari tanggal 8 Dzulhijjah  sesudah berpakaian ihram dan sudah niat ihram untuk hajji sambil mengucapkan kalimat ihlal hajji  “Labbaika Hajjan” kita tinggalkan Makkah menuju Mina, bermalam di Mina. Sholat Lohor sampai Subuh di Mina dengan qoshor tanpa jamak, khusus sehari semalam itu.

2.      2. Pagi hari tanggal  9 Dzulhijjah kita tinggalkan Mina menuju ‘Arafah untuk wukuf  sejak Lohor sampai Maghrib saja. Sholat Lohor dan ‘Ashar di jamak-qoshor  di ‘Arafah itu. (H.R. Muslim : 1 / 511 – 512).

3.    3.  Malam hari  tanggal 10 Dzulhijjah  sesudah Maghrib dan sebelum sholat Maghrib kita tinggalkan ‘Arafah  menuju Muzdalifah untuk mabit / bermalam sampai Subuh. Sholat Maghrib dan ‘Isyah di jamak-qoshor di Muzdalifah. (Muslim : 1 / 512).

4.      4. Sebelum terbit matahari tanggal 10 Dzulhijjah kita tinggalkan Muzdalifah menuju Mina untuk melempar  jumrah ‘aqobah  saja lantas kita kerjakan tahallul awal dengan cukur rambut kepala atau guntingan. Kemudian lepaslah pakaian ihram dan gantilah dengan pakaian biasa jika membawa gantinya. (Muslim :  1 / 545).

5.      5. Pada hari itu juga tanggal 10 Dzulhijjah jika tidak terlalu capai, maka terus saja pergi ke Makkah untuk mengerjakan  towaf ifadloh (towaf rukun hajji).  Selesai towaf ifadloh, berarti sudah tahallul tsani (tahallul kedua), sehingga larangan-larangan ihram sudah habis semuanya.
f
S
S

Lanjutkan Membaca - PETUNJUK PRAKTIS IBADAH ‘UMRAH